Nusantara merupakan kepuauan yang sangat kaya dan indah, sehingga dijuluki sebagai "mutiara dari timur". Hasil alam melimpah, tambang dimana-mana, perkebunan dan pertanian dengan hasil rempah-rempah yang melimpah yang sangat menggiurkan membuat bangsa asing berdatangan. sama hal nya bangsa eropa telah datang ke nusantara untuk menguasai rempah-rempah pada kala itu.
Mengapa bangsa barat menjajah nusantara? ? ?
Banyak sekali yang memicu kedatangan bangsa eropa ke nusantara diantaranya.
- Karena Nusantara kaya akan rempah-rempah
- Karena peristiwa jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani, sehingga akses bangsa eropa untuk mendapatkan rempah rempah menjadi tertutup. Hal ini menyebabkan bangsa Eropa datang ke Nusantara untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah dan menguasainya.
- Seorang yang astronot yang ingin membuktikan bahwa bumi itu bulat.
- Selain rempah-rempah, alasan lain yang membuat mereka menjajah nusantara adalah 3G, (Gold: memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan mengumpulkan emas, perak, dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat berharga. Glory: memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan, dalam hal ini mere saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya. Gospel: menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama.) [Sadirman dkk, 2014 ; 9]
Bangsa Portugis
Pada awal abad ke-16 (1511), bangsa portugis di bawah pimpinan Alfonso D’albuquerque, menguasai Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara. Tujuannya adalah untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah.
Tak puas menguasai Malaka, Portugis kemudian melanjutkan ekspedisinya menuju Timur, yaitu Ternate (Maluku) tahun 1512. Berbeda dengan Malaka yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah, Ternate adalah sumbernya. Penghasil utama rempah-rempah yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Bangsa Portugis pun berupaya menaklukkan Ternate yang saat itu dikuasai kerajaan-kerajaan lokal. Peperangan tak terhindarkan dan berakhir dengan dikuasainya Ternate oleh bangsa Portugis.
Tak hanya mendirikan pos dan benteng perdagangan, bangsa Portugis juga berupaya “mengintrnalkan” budauya mereka ke dalam rakyat Ternate. Budaya Portugis tersebut sampai sekarang masih dapat dilacak jejaknya di kehidupan masyarakat Ternate (Maluku).
Bangsa Spanyol
Bangsa Spanyol juga turut serta dalam “perburuan” rempah-rempah. Hanya bedanya, jika Portugis mengambil arah timur melewati Afrika dan India, maka Spanyol sebaliknya. Mereka mengambil arah barat, yaitu melewati Benua Amerika, kepulauan Filipina, dan akhirnya mendarat ke Ternate pada 1521.
Terjadilah persteruan antara kedua bangsa kolonial tersebut untuk memperebutkan penguasaan Ternate. Perseteruan yang memaksa paus ( pemimpin spiritual umat katolik) untuk campur tangan. Kedua bangsa itu akhirnya berdamai dngan menandatangani perjanjian Saragossa (Zaragoza).Perjanjian yang salah satu isinya berupa pemberian “hak milik” wilayah kepulauan Ternate kepada bangsa Portugis.
Bangsa Belanda dan Inggris
Bangsa Belanda pertama kali menjejakkan kakinya pada Tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Kedatangan mereka sama seperti bangsa Portugis dan Spanyol, yaitu untuk berdagang. Hal ini terlihat dari dibentuknya suatu komisi perdagangan , yang kemudian dikenal dengan nama Vereegnide Oostindische Compagnie (VOC).
Begitu juga bangsa Inggris datang ke Nusantara pada tahun 1811 dengan kongsi dagang bernama East India Company (EIC), berpusat di India. Tujuannya, merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara ( tak hanya di Ternate).
Mengulang kelakuan bangsa Portugis dan Spanyol, kedua bangsa ini (Belanda dan Inggris) pun saling bertikai. Peperangan tak terhindarkan, dan baru berakhir ketika disepakatinya perjanjian London tahun 1815.
Kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Banten. Kedatangan mereka pada awal memang dicurigai, tetapi setelah menerangkan maksud kedatangannya hanyalah untuk berdagang, maka penguasa dan rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas pertimbangan bahwa dengan kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan kerajaan melalui perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu melawan Portugis, Akan tetapi suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul persaingan diantara pedagang-pedagang Eropa. Orang-orang belanda bersikap kasar sehingga menimbulkan keonaran. Akibatnya, penguasa Banten menangkap orang-orang Belanda termasuk Cornelis de Houtman. Orang-orang Belanda membalas dengan menembaki Banten dari kapal-kapal mereka. Hal ini menimbulkan suasana permusuhan. Untuk mengatasi hal ini kemudian diadakan perjanjian, yang menerangkan bahwa penguasa Banten akan melepas orang-orang Belanda asal mereka mau memberikan tebusan dan setelah itu harus meninggalkan Banten. Akhirnya, dengan tebusan uang mereka dibebaskan. Belanda meneruskan perjalanan ke timur menyusuri Pantai Utara Jawa. Mereka tidak singgah di pelabuhan itu karena pelabuhan itu tidak mau menerima kedatangannya, Mereka segera kembali ke negrinya. Keuntungan yang diperoleh Belanda adalah mengetahui secara langsung jalur pelayaran dan daerah penghasil rempah-rempah.
Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia yang kedua kalinya menuju Banten di dibawah pimpinan Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik. Kedatangan Jacob van Neck segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.[http://vennamorizka.blogspot.co.id/2012/09/alasan-kedatangan-bangsa-eropa-ke.html]
Tujuan VOC ke Indonesia
Belanda membentuk suatu kongsi dagang bersama yang disebut Vereeningde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 20 maret 1602 terbentuknya maskapai Hindia Timur (VOC) yang dimarkaskan di Amsterdam, Pembentukan VOC atas usul Johan van Oldenborneve. Dibentuknya VOC selain untuk menghindari persaingan di antara pedagangan Belanda sendiri, juga bertujuan menyaingi kongsi dagang Inggris yang sudah terlebih dahulu ada di India, yaitu EIC (East India Company). Tujuan VOC di Indonesia, antara lain menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, menguasai kerajaan di Indonesia, dan melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Setelah berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, dengan politik Devide et Impera (Memecah dan Menguasai )
Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi Hak Oktoori, yang isinya:
1) Hak Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
2) Hak membentuk angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.
3) Hak untuk melakukan peperangan.
4) Hak untuk mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Indonesia.
6) Hak untuk mengangkat pegawai.
7) Hak untuk mencetak dan mengedarkan mata uang sendiri.
8) Hak untuk memungut pajak.
[Sadirman dkk, 2014 ; 23]
Dalam Monopoli Perdagangan rempah-rempah di Indonesia VOC memberlakukan Hal-hal berikut :
- Hak Eksteerposi (Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara menebang/memusnahkannya bila perlu)
- Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan, pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia)
Kebangkrutan VOC
Pada tanggal 31 Desember 1799 secara resmi VOC dibubarkan.
Mengapa VOC bangkrut? ? ?
1. Karena wilayahnya yang semakin meluas, semakin sulit untuk mengendalikannya.
2. Hutang piutang peperangan.
3. Kas berkurang untuk membiayai perang.
4. Korupsi pegawai.
Pelaksanaan Tanam Paksa
Van Den Bosch, seorang tokoh Belanda yang mengusulkan dilaksanakannya Cultuur Stelsel “Tanam Paksa“. Latar belakang dilaksanakannya tanam paksa yaitu karena terjadi kesulitan keuangan yang dialami pemerintah Belanda pada awal abad 19 kas negeri Belanda kosong. Di samping itu Belanda sedang menghadapi Belgia yang berusaha melepaskan diri. Di Indonesia terjadi perlawanan Diponegoro. Dalam upaya mengatasi keadaan tersebut, Van Den Bosch mengusulkan agar pemerintah belanda meningkatkan produksi tanam perdagangan. Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa. Cultuurprocenten adalah semacam persen atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan hasil persen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan ini digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.
Akibat pelaksanaan Tanam Paksa
Hal ini membawa akibat yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat tanah terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian. Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak, Purwodadi, dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang melimpah. Berjuta-juta gulden uang mengalir ke negeri Belanda sehingga dapat digunakan untuk : Mengisi kekosongan kas negara, melunasi hutang, membuat jalan kereta api dan pelabuhan, dan membangun pusat perindustrian.
Reaksi terhadap Tanam Paksa
Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari Douwes Dekker dan Frans van der Putte.
1) Max Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti “Lelang Kopi”, dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten dan Priangan. Mereka diperas oleh pegawai Belanda dengan cara harus menanam kopi yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan para pegawainya.
2) Suiker Contracten (Kontrak Gula) Karya Frans van der putte. Pada tahun 1850, timbulah perdebatan mengenai pelaksanaan tanam paksa. Ada yang Pro dan ad yang Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para pegawai pemerintah dan para pengelola NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij), Suatu perusahaan pengangkutan. Golongan yang menentang yaitu golongan liberal dan agama.
Penghapusan Tanam paksa
Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai berusaha untuk menghapuskan tanam paksa secara bertahap, Misalnya menghapuskan tanam paksa lada pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun 1865. Keseluruhan tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870, tanam paksa dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1830-1870 (40 tahun).
Politik Kolonial Liberal
Di Indonesia tidak terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850, golongan liberal di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah. Kemenangan itu di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat dihapuskan. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal atau sering disebut “Politik pintu terbuka” (Open door policy). Sejak itu pemerintah Hindia Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya, khusus di bidang perkebunan. Pelaksanaan ditandai dengan keluarga Undang-undang De Waal, yaitu Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula. Undang-undang Agraria (Agrarische wet) menjelaskan, Bahwa semua tanah di Indonesia adalah milik pemerintah kerajaan Belanda. Oleh karena itu pihak swasta boleh menyewakan dengan jangka waktu antara 50-75 tahun di luar tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam Undang-undang Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak boleh diangkut ke luar Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.
Munculnya peerkebunan swasta di Indonesia
Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya pekebunan-perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa Barat, perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di Penanaman modal di bidang pertambangan seperti tambang timah di Bangka dan tambang batu bara di Umbilin. Pengaru gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum :
1) Tanam paksa dihapus.
2) Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia.
3) Usaha kerajinanrakyat terdesak oleh barang impor.
4) Pemerintah Hindia Belanda membangun prasarana-prasarana.
5) Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting.
6) Rakyat perdesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.
Para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, mereka harus mau menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan pihak pengusaha memang mempunyai peraturan yang disebut Poenale Sanctie yaitu peraturan yang menetapkan pemberian sanksi hukuman bagi para buruh yang melarikan diri dan tertangkap kembali.
Kaum liberal memandang Hindia Belanda sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat menimbulkan akibat-akibat :
1) Timbulnya Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak mempunyai tanah, pergi ke kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah didirikan oleh swasta maupun pemerintah.
2) Penduduk kota semakin bertambah pesat.
3) Timbulnya kaum buruh.
4) Tanah perkebunan semakin luas.
[http://ilmukunuris.blogspot.co.id/2014/08/sejarah-penjajahan-bangsabaratdi.html]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar